Peraturan Baris Berbaris (PBB) untuk Membentuk Karakter Disadur Oleh : Muhammad Chamim, S.Pd
Bahwa Peraturan Baris Berbaris yang digunakan dilingkungan sekolah adalah Peraturan Baris Berbaris milik TNI/POLRI karena hingga saat ini yang sudah baku adalah seperti SKEP PANGAB Nomor: SKEP/611/N 85 Tanggal 8 Oktober 1985.
BARIS
BERBARIS
PENGERTIAN
Baris-berbaris
adalah suatu wujud latihan fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan
dalam tatacara kehidupan pandu yang diarahkan pada terbentuknya suatu
perwatakan tertentu.
MAKSUD
DAN TUJUAN
Untuk
menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan dan disiplin
sehingga selalu dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan pribadi
disamping juga menanamkan rasa tanggung jawab.
.
KEWAJIBAN
PEMBINA/PELATIH
Pencapaian
tujuan peraturan ini sangat tergantung pada kemauan serta kemampuan seorang
pelatih dengan memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini:
1.
Rasa kasih sayang, yaitu seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh anak didik.
2.
Persiapan yang baik, merupakan jaminan keberhasilan latihan yang dikehendaki.
Mengenai materi, waktu, tempat, alat dan sebagainya.
3.
Mengenal tingkatan anak didik.
4.
Tidak sombong.
5.
Adil, menjaga keseimbangan dalam segala hal. Memberikan pujian atau teguran
pada tempatnya tanpa membedakan satu dengan lainnya.
6.
Teliti, supaya tidak memberikan hasil yang setengah-setengah.
7.
Sederhana, dalam perkataan dan tindakan.
Latihan (drill) dimaksudkan untuk
mencapai kebiasaan atau kepahaman, tidak semata-mata pengetahuan, sehingga
dibandingkan perkataan yang banyak lebih baik lagi dengan teladan, koreksi dan
mengulangi sampai paham.
a.
Pengertian
Baris
berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, yang diperlukan guna menanamkan
kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu
perwatakan tertentu.
b.
Maksud dan tujuan
1.
Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa disiplin dan rasa
tanggung jawab.
2.
Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas adalah
mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga secara
jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut dengan sempurna.
3.
Yang dimaksud rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta
ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4.
Yang dimaksud rasa disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas di atas
kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain daripada keikhlasan
penyisihan pilihan hati sendiri.
5.
Yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang
mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya
tidak mudah melakukan tindakan-tindakan yang akan dapat merugikan.
ABA-ABA
a.
Pengertian
Aba-aba
adalah suatu perintah yang diberikan oleh seseorang Pemimpin kepada yang
dipimpin untuk dilaksanakannya pada waktunya secara serentak atau
berturut-turut.
b.
Macam aba-aba
Ada
tiga macam aba-aba yaitu :
1.
Aba-aba petunjuk
2.
Aba-aba peringatan
3.
Aba-aba pelaksanaan
1.
Aba-aba petunjuk dipergunakan hanya jika perlu untuk menegaskan maksud daripada
aba-aba peringatan/pelaksanaan.
Contoh:
a.
Kepada Pemimpin Upacara-Hormat – GERAK
b.
Untuk amanat-istirahat di tempat – GERAK
2.
Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas, untuk dapat
dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
a.
Lencang kanan – GERAK (bukan lancang kanan)
b.
Istirahat di tempat – GERAK (bukan ditempat istirahat)
3.
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba
pelaksanan yang dipakai ialah:
a.
GERAK
b.
JALAN
c.
MULAI
a)
GERAK: adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan tanpa meninggalkan
tempat dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuh lain.
Contoh:
-jalan
di tempat – GERAK
-siap
– GERAK
-hadap
kanan – GERAK
-lencang
kanan – GERAK
b)
JALAN: adalah utuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan
tempat.
Contoh:
-haluan
kanan/kiri – JALAN
-dua
langkah ke depan- JALAN
-satu
langkah ke belakang – JALAN
Catatan:
Apabila
gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba harus
didahului dengan aba-aba peringatan –MAJU
Contoh:
-Maju
-JALAN
-haluan
kanan/kiri -JALAN
-hadap
kanan/kiri maju-JALAN
-melintang
kanan/kiri maju -JALAN
Tentang
istilah: “maju”
Pada
dasarnya digunakan sebagai aba-aba peringatan terhadap pasukan dalam keadaan
berhenti.
Pasukan
yang sedang bergerak maju, bilamana harus berhenti dapat diberikan aba-aba
HENTI.
Misalnya:
Ada
aba-aba hadap kanan/kiri maju – JALAN karena dapat pula diberikan aba-aba :
hadap kanan/kiri henti GERAK.
Ada
aba-aba hadap kanan/kiri maju-JALAN karena dapat pula diberikan aba-aba : hadap
kanan/kiri henti GERAK.
Balik
kana maju/JALAN, karena dapat pula diberikan aba-aba : balik kana henti-GERAK.
Tidak
dapat diberikan aba-aba langkah tegap maju JALAN, aba-aba belok kanan/kiri
maju-JALAN
Terhadap
pasukan yang sedang berjalan dengan langkah biasa, karena tidak dapat diberikan
aba-aba
Langkah
henti-GERAK, belok kanan/kiri-GERAK.
Tentang
aba-aba : “henti”
Pada
dasarnya aba-aba peringatan henti digunakan untuk menghentikan pasukan yang
sedang bergerak, namun tidak selamanya aba-aba peringatan henti ini harus
diucapkan.
Contoh:
Empat
langkah ke depan –JALAN, bukan barisan – jalan. Setelah selesai pelaksanaan
dari maksud aba-aba peringatan, pasukan wajib berhenti tanpa aba-aba berhenti.
c)
MULAI : adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan
berturut-turut.
Contoh:
-hitung
-MULAI
-tiga
bersaf kumpul-MULAI
4.
Cara memberi aba-aba
a.
Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba harus berdiri dalam sikap sempurna dan
menghadap pasukan, terkecuali dalam keadaan yang tidak mengijinkan untuk
melakukan itu.
b.
Apabila aba-aba itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka pemberi aba-aba
terikat pada tempat yang telah ditentukan untuknya dan tidak menghadap pasukan.
Contoh:
Kepada Pembina Upacara – hormat – GERAK
Pelaksanaanya
:
Pada
waktu memberikan aba-aba mengahadap ke arah yang diberi hormat sambil melakukan
Gerakan
penghormatan bersama-sama dengan pasukan.
Setelah
penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh yang menerima penghormatan, maka
dalam keadaan sikap sedang memberi hormat si pemberi aba-aba memberikan aba-aba
tegak : GERAK dan kembali ke sikap sempurna.
c.
Pada taraf permulaan aba-aba yang ditunjukan kepada pasukan yang sedang
berjalan/berlari, aba-aba pelaksanaan gerakannya ditambah 1 (satu) langkah pada
waktu berjala, pada waktu berlari ditambah 3 (tiga) langkah.
Pada
taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada kaki kanan ditambah 2 (dua)
langkah untuk berjalan / 4 (empat) langkah untuk berlari.
d.
Aba-aba diucapkan dengan suara nyaring-tegas dan bersemangat.
e.
Aba-aba petunjuk dan peringatan pada waktu pengucapan hendaknya diberi antara.
f.
Aba-aba pelaksanaan pada waktu pengucapan hendaknya dihentakkan.
g.
Antara aba-aba peringatan dan pelaksanaan hendaknya diperpanjang disesuaikan
dengan besar kecilnya pasukan.
h.
Bila pada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan maka dilakukan perintah
ULANG!
Contoh:
Lencang kanan = Ulangi – siap GERAK
Gerakan
Perorangan – Gerakan Dasar
a.
Sikap sempurna
Aba-aba
: Siap – GERAK. Pelaksanaanya : pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri
tegap, ke dua tumit rapat, ke dua telapak kaki membentuk sudut 60…, lutut lurus
paha dirapatkan, berat badan di atas ke dua kaki, perut ditarik sedikit, dada
dibusungkan, pundak ditarik sedikit ke belakang dan tidak dinaikkan, lengan
rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak
terpaksa rapat pada paha, ibu jari segaris dengan jahitan celana, leher lurus,
dagu ditarik, mulut ditutup, gigi dirapatkan, mata memandang tajam ke depan,
benafas sewajarnya.
b.
Istirahat
Aba-aba
istirahat ditempat – GERAK
1.
Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak
sepanjang telapak kaki (30cm)
2.
Ke dua belah tangan dibawa ke belakang dan dibawah pinggang, punggung tangan
kanan di atas
telapak
tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan kiri memegang
pergelangan
tangan
kanan di antara ibu jari dan telunjuk, ke dua tangan dilemaskan, badan dapat
bergerak.
Catatan:
a.
Pasukan dalam keadaan istirahat di tempat, pemimpin atau atasan lainnya datang
untuk memberikan perhatian atau petunjuk-petunjuk, maka atas ucapan
pemimpin/atasan dengan menggunakan kata Perhatian pasukan segera mengambil
sikap sempurna tanpa mengucapkan kata siap, kemudian mengambil sikap istirahat.
b.
Pada kata perhatian, selesai atau sekian, pasukan mengambil sikap sempurna
tanpa didahului aba-aba kemudian kembali ke sikap istirahat di tempat.
c.
Maksud dari sikap siap terakhir ini adalah sebagai jawaban tanpa suara, bahwa
petunjuk-petunjuk yang diberikan akan dijalankan
c.
Lencang kanan/kiri : (hanya dalam bentuk bersaf)
Aba-aba
: Lencang kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya:
Gerakan
ini dijalankan dalam sikap sempurna.
1.
Pada aba-aba pelaksanaan, saf depan mengangkat lengan kanan/kiri ke samping,
jari-jari kanan/kiri menggenggam menyentuh bahu kanan/kiri orang yang berada di
sebelah kana/kirinya, punggung tangan menghadap ke atas, bersamaan dengan ini
kepala dipalingkan ke kanan/kiri tidak berubah tempat masing-masing meluruskan
diri
2.
Saf tengah dan saf belakang kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan
pandangan mata,
ikut
pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat tangan.
3.
Penjuru saf tengan dan belakang mengambil antar ke depan 1 (satu) lengan
kanan/kiri ditambah 2 (dua) kepalan tangan dan setelah lurus menurunkan
tangan kanan/kiri tanpa menunggu aba-aba.
4.
Pada aba-aba tegak-GERAK semua dengan serentak menurunkan lengan dan
memalingkan muka ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna.
5.
Pada waktu pemimpin pasukan memberikan aba-aba lencang kanan/kiri dan barisan
sedang meluruskan safnya, Pemimpin pasukan yang berada dalam barisan itu
memberikan kelurusan saf dari sebelah kanan/kiri pasukan dengan menitik
beratkan pada kelurusan tumit (bukan ujung depan sepatu).
Catatan:
a.
Untuk menghindarkan keributan pada waktu mengangkat lengan kanan/kiri,
hendaknya lengan diluruskan melalui punggung orang yang berada di samping,
kalau jarak 1 (satu) lengan tidak cukup.
Dengan
demikian dihindarkan gerakan seolah-olah meninjau rekannya yang berada di
smaping.
b.
Kelurusan barisan dilihat dari tumit.
d.
Setengah lencang kanan/kiri
Aba-aba
: Setengah lencang kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya:
Seperti
pada waktu lencang kanan/kiri, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang (bertolak
pinggang) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri disebelahnya,
pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang pinggang, empat jari
lainnya rapat pada pinggang sebelah depan (khusus saf depan). Pada aba-aba
tegak GERAK dengan serentak menurunkan lengan sambil memalingkan muka ke depan
dan berdiri dalam sikap sempurna.
e.
Lencang depan (hanya dalam bentuk berbanjar)
Aba-aba
: Lencang depan – GERAK
Pelaksanaannya:
1.
Penjuru tetap sikap sempurna : nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan
dengan mengangkat tangan dengan jarak satu lengan ditambah dua kepalan tangan.
2.
Saf depan banjar tengah dan kiri mengambil antara satu lengan ke samping kanan,
setelah lurus menurunkan tangan dan memalingkan kepala kembali ke depan dengan
serentak tanpa menunggu aba-aba.
3.
Banjar tengah/kiri tanpa mengangkat tangan
f. Cara berhitung
Aba-aba
: Hitung – MULAI
Pelaksanaannya:
1.
Jika bersaf, pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan, saf
terdepan memalingkan
mukanya
ke kanan.
2.
Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut di mulai dari penjuru menyebutkan
nomornya sambil memalingkan muka ke depan.
3.
Pengucapan nomor secara tegas dan tepat.
4.
Jika berbanjar, pada aba-aba peringatan semua anggota tetap dalam sikap
sempurna.
5.
Pada aba-aba pelaksanaan mulai dari penjuru kanan berturut-turut ke belakang
menyebutkan nomornya masing-masing.
6.
Jika pasukan berbanjar/bersaf tiga, maka yang berada paling kiri mengucapkan :
LENGKAP atau KURANG SATU/KURANG DUA.
Perubahan
Arah (dalam keadaan berhenti)
a.
Hadap kanan/kiri
Aba-aba
: Hadap kanan/kiri – GERAK
1.
Kaki kiri/kanan diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri lekukan kaki
kanan/kiri berada diujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki
kiri/kanan.
2.
Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°
3.
Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.
b.
Hadap serong kanan/kiri
Aba-aba
: Hadap serong kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya:
1.
Kaki kiri/kanan diajukan ke muka sejajar dengan kaki kanan/kiri
2.
Berputarlah arah 45° ke kanan/kiri
3.
Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri
c.
Balik kanan
Aba-aba
: Balik kanan/kiri – GERAK
Pelaksanaannya
:
1.
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap
kanan) di depan kaki kanan.
2.
Tumit kaki kanan beserta badan diputar ke kanan 180°
3.
Kaki kanan/kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.
Catatan:
Dalam
keadaan berhenti pada hitungan ke tiga, kaki dirapatkan dan kembali ke sikap
sempurna
Dalam
keadaan berhenti berjalan pada hitungan ketiga, kaki kanan/kiri tidak
dirapatkan melainkan dilangkahkan 0,5 langkah dengan cara dihentikan.
d.
Cara berkumpul
Aba-aba
: 3 bersaf/3 berbanjar kumpul – MULAI
Pelaksanannya
:
1.
Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru dan orang yang ditunjuk
mengulangi perintah yang diberikan oleh pelatih.
Contoh:
Sdr.Gatot sebagai penjuru. Aba-aba pelatih : Gatot sebagai
penjuru. Oleh orang yang ditunjuk (dalam sikap sempurna) aba-aba diulangi :
Gatot sebagai penjuru.
2.
Orang yang ditunjuk tadi lari dan berdiri di depan pelatih ± 4 langkah
3.
Setelah aba-aba pelaksanaan MULAI diberikan pelatih, maka orang-orang lainnya
berlari dan berdiri disamping kiri penjuru serta meluruskan diri seperti pada
waktu lencang kanan.
4.
Pada waktu berkumpul, penjuru melihat ke kiri setelah lurus, penjuru memberikan
isyarat dengan perkataan LURUS, pada isyarat ini penjuru nelihat ke depan, yang
lainnya (saf depan) menurunkan lengannya dan kembali ke sikap sempurna.
e.
Cara latihan memberi hormat
Aba-aba
: Hormat – GERAK
Pelaksanaannya
(dengan tutup kepala, keadaan berhenti)
1.
Pada aba-aba pelaksanaan, dengan gerakan cepat tangan kanan diangkat ke arah
pelipis kanan, siku-siku 15° serong ke depan, kelima jari rapat dan lurus,
telapak tangan serong ke bawah dan kiri ujung, jari tengah dan telunjuk
mengenai pinggir bawah dari tutup kepala setinggi pelipis.
2.
Pergelangan tangan lurus, bahu tetap seperti dalam sikap sempurna, pandangan
mata tertuju kepada yang diberi hormat.
3.
Jika tutup kepala mempunyai klep, maka jari tengah mengenai pinggir klep.
4.
Jika selesai menghormat, maka lengan kanan lurus diturunkan secara cepat ke
sikap sempurna.
f.
Bubar
Aba-aba
: Bubar – JALAN
Pelaksanaannya;
g.
Jalan di tempat
Aba-aba:
Jalan ditempat – GERAK
Pelaksaannya:
Gerakan
dimulai dengan mengangkat kaki kiri, lutut berganti-ganti diangkat, paha
rata-rata, ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai dengan langkah
biasa, badan tegak, pandangan mata tetap ke depan, lengan dirapatkan pada badan
(tidak melenggang)
Dari
jalan ke tempat berhenti.
Aba-aba
: Henti – GERAK
Pelaksanaannya:
Pada
aba-aba pelaksanaan dapat dijatuhkan kaki kiri/kanan,pada hitungan ke dua kaki
kiri/kanan diharapkan pada kaki kiri/kanan dan kembali ke sikap sempurna.
h.
Membuka/menutup barisan
Aba-aba
: Buka barisan – JALAN
Pada
aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri membuat satu langkah ke samping kanan
dan kiri, sedang regu tangah tetap di tempat.
Catatan
:
Membuka
barisan gunanya untuk memudahkan pemeriksaan.
Tutup
barisan
Aba-aba
:tutup barisan – JALAN
Pelaksanannya
:
Pada
aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri membuat satu langkah kembali ke samping
kanan dan kiri, sedang regu tengah tetap ditempat.
Gerakan
berjalan dengan panjang tempo dan macam langkah
Macam
langkah Panjangnya Tempo
1.
Langkah biasa 65 cm 120 tiap menit
2.Langkah
tegap 65 cm 120 tiap menit
3.Langkah
perlahan 40 cm 30 tiap menit
4.Langkah
kesamping 40 cm 70 tiap menit
5.Langkah
ke belakang 40 cm 70 tiap menit
6.Langkah
ke depan 60 cm 70 tiap menit
7.Langkah
di waktu lari80cm165 tiap menit
Panjang
langkah
A.
MAJU – JALAN
Dari
sikap sempurna
Aba-aba
: Maju – JALAN
Pelaksanaannya:
1.
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diayunkan ke depan, lutut lurus, telapak
kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi ± 15 cm, kemudian dihentakkan
ke tanah dengan jarak setengah langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah
biasa.
2.
Langkah pertama dilakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90°,
lengan kiri 30° ke belakang, pada langkah selanjutnya lengan atas dan bawah
lurus dilenggangkan ke depan 45°, dan ke belakang 30°.Seluruh anggota
meluruskan barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher.
Dilarang
keras : berbicara-melihat kanan/kiri
Pada
waktu melenggangkan tangan supaya jangan kaku.
B.
LANGKAH BIASA
1.
Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna. Waktu
mengayunkan
kaki
ke depan lutut dibengkokkan sedikit (kaki tidak boleh diseret). Kemudian
diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan.
2.
Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit
diletakkan di tanah selanjutnya lurus ke depan dan ke belakang di samping
badan. Ke depan 45°, ke belakang 30°. Jari-jari tangan digenggam, dengan tidak
terpaksa, punggung ibu jari menhadap ke atas.
C.
LANGKAH TEGAP
1.
Dari sikap sempurna
Aba-aba
: Langkah tegap – JALAN
Pelaksanaannya
:
Mulai
berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar setengah langkah,
selanjutnya seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki
dihentakkan terus menerus tetapi tidak dengan berlebih-lebihan, telapak kaki
rapat dan sejajar dengan tanah, lutut kaki tidak boleh diangkat tinggi. Bersama
dengan langkah pertama lengan dilenggangkan lurus ke depan dan ke belakang di
samping badan, (lengan tangan 90° ke depan dari 30° ke belakang). Jari-jari
tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke atas.
2.
Dari langkah biasa
Aba-aba
: Langkah tegap – JALAN
Pelaksanaannya
:
Aba-aba
pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu
langkah selanjtnya mulai berjalan seperti tersebut pasa butir 1.
3.
Kembali ke langkah biasa
Aba-aba
: Langkah biasa – JALAN
Pelaksanaannya
:
Aba-aba
diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan mulai
berjalan
dengan
langkah biasa, hanya langkah pertama
Catatan
:
Dalam
sedang berjalan cukup menggunakan aba-aba peringatan : Langkah tegap/langkah
biasa-
JALAN,
pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata maju).
D.
LANGKAH PERLAHAN
1.Untuk
bergabung (mengantar jenazah dalam upacara kemiliteran)
Aba-aba
: Langkah perlahan maju – JALAN
Pelaksanaannya
:
a.
Gerakan dilakukan dengan sikap sempurna
b.
Pada aba-aba “jalan”, kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri
menapak di tanah segera disusul dengan kaki kanan ditarik ke depan dan ditahan
sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan ditatapkan kaki kanan
di depan kaki kiri.
c.
Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gebakan seperti semula.
Catatan
:
Dalam
keadaan sedang berjalan, aba-aba adalah “langkah perlahan JALAN” yang diberikan
pada waktu kaki kanan.kiri jatuh di tan`h ditambah selangkah dan kemudian mulai
berjalan dengan langkah perlahan.
Tapak
kaki pada saat menginjak tanah tidak dihEntakkan, tetapi diletakkan rata-rata
untuk lebih khidmat.
2.
Berhenti dalam langkah perlahan
Aba-aba
: Henti – GERAK
Pelaksanaannya
E.
LANGKAH KE SAMPING
Aba-aba
: ….Langkah ke kanan/kiri – JALAN
Pelaksanaannya
:
Pada
aba-aba pelaksanaan kaki kiri/kanan dilanjutkan ke samping kanan/kiri sepanjang
40 cm. Selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki kiri/kanan.Sikap badan
tetap seperti pada sikap sempurna, sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan
empat langkah.
F.
LANGKAH KE BELAKANG
Aba-aba
: ……..Langkah ke belakang – JALAN
Pelaksanaannya
:
Pada
aba-aba pelaksanaan, peserta melangkah ke belakang mulai kaki kiri menurut
panjangnya langkah dan sesuai dengan tempo yang telah ditentukan, menurut
jumlah langkah yang diperintahkan.Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap
badan seperti dalam sikap sempurna.SebanykA-banyaknya hanya boleh dilakukan
empat langk`h.
G.
LANGKAH KE DEPAN
Aba-aba
: …….Langkah ke depan – JALAN
Pelaksanaannya
:
Pada
aba-aba pelaksanaan, peserta melangkahkan kaki ke depan mulai dengan kaki khri
menurut p`njangnya langkah dan tempat yangtelah ditentukan, menurut jumlah
langkah yang diperintahkan. Gerakan kaki seperti gerakan langkah tEgap dan
dihentikan dan sikap seperta sikap rempurna.Sebanyak-banyaknya hanya boleh
dilakukan empat langkah.
H.
LANGKAH DI WAKTU LARI
1.
Dari sikap sempurna
Aba-aba
: Lari maju – JALAN
Pelaksanaannya:
Aba-bab
peringatan ke dua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan di pinggang
sebelah depan dengan punggung tangan menghadap keluar, ke dua siku sedikit ke
belakang, badan agak dicondongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai
lari dengan menghentakkan kaki kiri setengah langkah dan selanjutnya menurut panjang
langkah dan tempo yang ditentukan dengan kaki diangkat secukupnya.Telapak kaki
diletakkan defgan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan
secara tidak kaku.
2.
Dari langkah biasa
Aba-aba
: Lari – JALAN
Pelaksanaannya:
Aba-aba
peringatan pelaksanaannya sama dengan ayat 1. Aba-aba pelaksanaan diberik!n
pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ke tanah kemudian ditambah stu langkah,
selanjutnya berLari menurut ketentuaN yang ada.
3.
Kembali ke langkah biasa
Aba-aba
: Langkah baasa – JALAN
Pelaksanaannya
:
Aba-aba
pelaksanaan diberikan pada waktU kaki kiri/kanan jatuh ke tanah ditambah tiga
lanfkah, kemudian berjalan dengan langka` biasa, dimuali dengan kaki kiri
dihentakkan; bersama dengan itu kedua lengan digenggam.
Catatan
:
Untuk
berhenti da2i keadaan berlari aba-aba seperti langkah biasa henti – FERAK.
Aba-`ba pelaksanaan diberi+an pada waktu kaki kanaj/kiri jatuh ke tanah
ditambah tiga langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepal tangan
diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.
I.
LANGKAH MERDEKA
1.
Dari langkah biasa
Aba-aba
: Langkah merdeka – JALAN
Anggota
berjalan bebas tanpa terikat pada ketentuan panjang, tempo dan ketentuan
langkah.Atas pertimbangan Pimpinan, anggota dapat dijinkan untuk membuat
sesuatu yang dalam keadaan lain terlarang (antara lain berbicara, buak topi,
menghapus keringat).Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan
jauh/diluar kota/lapangan yang tidak rata.Anggota tetap dilarang meninggalkan
barisan.
2.Kembai
ke langkah biasa
Untuk
melaksanakan gerakan ini lebih dahulu harus diberika.samakan langkah. Setelah
langkah barisan sama, Pemimpin dapat memberikan aba-aba peringatan dan
pelaksanaan.
3.
Aba-aba : Langkah biasa – JALAN
Pelaksanaannya
:
Seperti
tersebut pada petunjuk dari langkah tegap ke langkah biasa.
J.
GANTI LANGKAH
Aba-aba
: Ganti langkah – JALAN
Pelaksanaannya
:
Gerakan
dapat dilakukan pada waktu langkah biasa/tegap.Aba-aba pelaksanaan diberikan
pada waktu kaki kanan/kiri di tanah kemudian ditambah satu langkah.Sesudah
ujung kaki kiri/kanan yang sedang di belakang dirapatkan pada badan.Untuk
selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan.Kemudian gerakan ini
dilakukan dalam satu hitungan.
PERATURAN
BARIS BERBARIS
PBB-TNI
AKMIL. Nomor: SKEP/23/III/2002, tanggal 4 Maret 2002
Peraturan
baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan Baris Berbaris
Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris Berbaris Angkatan
Bersenjata. Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan Pangab dan peraturan yang
terakhir adalah Skep Pangab nomor : Skep/011/X/1985 tanggal 2 Oktober 1985,
tetapi tahun 1992 ada perubahan pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan
langkah tegap dari 96 langkah tiap menit menjadi 120 langkah tiap menit.
Di
dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan
menggunakan senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris
militer tersebut diterapkan disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam
latihan Paskibraka harus mengacu pada peraturan baris berbaris tanpa senjata
yang berlaku dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan sendiri.
PBB-TNI
AKMIL. Nomor: SKEP/23/III/2002, tanggal 4 Maret 2002
Post
ini adalah sebagai bahan acuan pemberian Materi Peraturan Baris-Berbaris,
Koreksi serta masukan sangat kami harapkan.
Tujuan
Agar
peserta didik mengerti dan dapat melaksanakan Peraturan Baris Berbaris sesuai
dengan ketentuan.
Penjelasan
Tentang Materi
1.
Baris-berbaris sebagai suatu wujud latihan ketangkasan yang diperlukan untuk
menanamkan kedisiplinan dalam kehidupan pandu yang diarahkan pada terbentuknya
suatu sikap dan perwatakan tertentu.
2.
Pengetahuan dan ketangkasan baris berbaris merupakan bekal dasar yang harus
dimiliki setiap pandu sehingga mempunyai disiplin dan rasa percaya diri yang
tinggi.
3.
Seorang pelatih/komandan/pimpinan harus benar-benar memiliki pengetahuan dan
ketangkasan PBB secara mendalam agar ia mampu membekali dan melatih segenap
anggotanya dalam rangka mewujudkan bentuk sikap dan disiplin pandu serta
mewujudkan jiwa korsa yang handal dalam satuannya.
Komentar
Posting Komentar